Suatu Pagi di Pulogadung, 2000
Langit masih kuntum
saat pelacur terbatuk
mengamatiku
Matanya sewarna tembok rumah ibu
kuning dengan tutulan jamur
hitam hijau pekat
– Minta rokok, Bang!
+ Silahkan
Kusodorkan sebungkus
dimintanya separo
– Ajak aku, Bang!
+ Aku tak suka main-main
Dihisapnya kuat mengepul asap
ke dadaku. Busuk napasnya
– Ini bukan main-main
+ Tidak. Aku tidak bisa
Langit masih kuntum
saat pelacur meludah
Tua sekali, kacau dan payah
– Tadi malam semua brengsek!
+ Kenapa?
– Dua laki lima ribu!
Langit masih kuntum
Pelacur tangannya memohon
Tapi aku harus pergi
– Ajak ya, Bang! Sepuluh ribu!
+ Maaf. Tidak
Langit masih kuntum
saat aku menggantung di pintu bus
menatap pelacur berlari kecil
– Tidak usah bayar, Bang!
Pelacur tersengal
jongkok dan mendongak ke langit
yang tak segera jadi bunga
Akhir Oktober 2011
Tuhan Mahatahu
Rasanya mustahil
bahwa Tuhan masih bekerja
sedang aku menjatuhkan pena
berulangkali malam ini
Akhir Oktober 2011
© Ciu Cahyono & Penerbit Larikata